Minggu, 23 Januari 2011

Berdagang Dengan Gerobak? Masihkah?

Gerobak Dorong Unik

Pada umumnya di seluruh daerah di Indonesia, yang namanya pedagang keliling menggunakan gerobak masih sangat banyak digeluti sebagai mata pencaharian utama, baik itu sebagai penjual bakso, mie ayam, batagor, empek-empek, bubur ayam, nasi goreng, dan lain sebagainya. Pedagang keliling ada karena pasar masih ada dan masih sangat menjanjikan. Mengapa pasar masih sangat potensial??? salah satunya karena kebanyakan orang masih suka nyemil atau tidak mau belelah-lelah hanya untuk membeli makanan di luar cukup tunggu dan si abang penjual pun datang. Namun jika saya mengamati dan menanyakan langsung dari sekian banyak pedagang keliling maka SEBAGIAN BESAR mereka hanya mendapatkan hasil pas-pasan dan boleh dikatakan hanya untuk bertahan hidup tanpa memikirkan tabungan apalagi pengembangan usaha.
Baiklah mari kita coba membedah mengapa hal ini terjadi, dan kita akan soroti beberapa hal sangat sangat berperan penting buat perkembangan usaha kita kedepan.
1. Jenis makanan yang dijajakan
Apakah jenis makanan yang akan anda jajakan? Sebelum memutuskan untuk terjun sebagai pedagang jajanan keliling ada baiknya anda melakukan survey kecil-kecilan kira-kira makanan apa yang layak dijual dan diterima konsumen. Misal Mie Ayam, Bubur Ayam, Gado-gado, atau Nasi Goreng.
Namun saran saya, mengapa kita tidak melakukan terobosan baru dengan mempelajari membuat dan menjual sesuatu masakan yang pada umumnya di jual di cafe/restoran tapi kali ini kita perdagangkan secara keliling? Tapi masakan ini juga masih sangat diterima dan disukai konsumen. Atau mengkreasikan masakan yang sudah ada? Contoh : Nasi Goreng Buntut, Nasi Goreng Pattaya, Omelette Mie, Spagghetie Ayam pedas, Miso Soup Tofu, dan lain sebagainya sesuai kreasi anda.
2. Kualitas Masakan
Kualitas masakan sangat penting untuk MEMPERTAHANKAN konsumen. Pernahkah anda membeli makanan dari pedagang keliling namun karena kualitas masakan yang asal-asalan maka anda memutuskan untuk tidak membelinya sampai kapan pun? Ya, saya pernah mengalaminya.
Untuk itu perhatikanlah kualitas masakan seperti kelengkapan masakan, bumbu pendukung, saus (pergunakan saus yang layak) karena di cafe dengan harga Rp 7.000 menggunakan saus ber-merek kenapa kita tidak coba?
3. Keunikan Gerobak dan Nama Dagang
Hal ini sering sangat dilupakan padahal gerobak yang unik dan pemberian nama yang unik merupakan daya tarik utama untuk orang mencoba membeli. Cobalah meninggalkan kemasan gerobak keliling yang sangat kosong / satu warna cat bahkan terkadang tulisan nama hanya menggunakan cat yang ditulis asal-asalan.
Bukankah kita ingin menjadi pedagang keliling yang ingin menyerap pasar sebanyak-banyaknya agar usaha kita terus berkembang? Nah, untuk itu sudah saatnya kita melakukan inovasi, dan kita coba dari disain gerobak kita.
4. Pembeli harus menjadi Pelanggan
Mana yang lebih baik berdagang keliling 100 porsi/hari dengan satu gerobak dengan radius pejualan mencakup satu kecamatan atau sebagai penjual keliling 100 porsi/hari dengan satu gerobak hanya untuk satu RW?
Pastilah kita memilih opsi kedua yaitu dengan satu gerobak untuk satu RW. Karena kita menerapkan prinsip “Pembeli harus menjadi Pelanggan”. Untuk dapat memenuhi prinsip ini maka point no.1,2 dan 3 harus benar-benar kita penuhi.
5. Kecepatan Pelayanan
Hal utama terakhir yang harus coba anda pelajari adalah kecepatan dalam menyajikan masakan. Apa jadinya kalau untuk mendapatkan 1 (satu) porsi makanan seorang pelanggan harus menunggu 15 menit? Untuk dapat memberikan kecepatan pelayanan kepada konsumen berlatihlah terus menerus dan temukan konsep-konsep pelayanan cepat saji dari masakan anda.
Jika anda memenuhi 5 hal diatas sebagai pedagang keliling mengapa Anda tidak mencoba untuk mendidik karyawan baru dan memperlebar radius penjualan anda? Jika berhasil maka anda layak disebut sebagai Wirausahawan.

Bagaimana Mendapatkan Pelanggan

Memang betul begitu kita buka usaha, tugas kita adalah mencari pelanggan. Sebelum dibahas cara mendapat pelanggan, kita harus tahu dulu: siapakah pelanggan yang membutuhkan barang kita (istilahnya disebut target market). Coba bapak pikir seperti apa orang-orang yang membutuhkan barang yang bapak jual. Sebagai contoh, kalau barang kita adalah perlengkapan bayi maka yang membutuhkan (target marketnya) adalah orang tua yang baru melahirkan atau memiliki bayi. Kalau barang kita adalah tas kantor maka yang membutuhkan adalah pekerja kantoran. Kalau kita menjual buku SD maka yang membeli adalah anak-anak SD. Demikian juga dengan yang lain.
Jadi kita tentukan dulu siapa target market barang kita. Setelah tahu, baru kita bidik calon pembeli ini. Untuk mendapatkan pelanggan ini ada beberapa cara.
Pertama, kita tarik mereka supaya mendatangi ke kita. Untuk itu kita harus tawarkan daya tarik atau nilai tambah barang kita. Lalu kita komunikasikan supaya mereka tahu. Ini biasanya dilakukan dengan iklan yang cocok dengan perilaku media mereka. Jenis iklan ada banyak mulai dari selebaran atau brosur yang dibagikan, pemasangan spanduk, papan nama, iklan suratkabar, majalah, radio, internet (blog, facebook), sampai yang mahal seperti iklan televisi (kalau produk kita dijual secara nasional). Tujuan iklan membuat mereka tahu barang yang kita jual dan menariknya.
Kedua, kita buat daya tarik melalui promosi yang sifatnya jangka pendek. Misalnya kita tawarkan diskon 20% untuk pembelian selama seminggu, beli sejumah tertentu dapat hadiah, beli 2 gratis 1, lakukan pameran yang cocok atau bagikan sampel. Adanya iming-iming ini akan membuat mereka cepat-cepat membeli.
Cara ketiga, kita aktif menghubungi dan/ atau mendatangi pembeli. Istilahnya jemput bola. Kita telepon atau SMS calon pembeli yang potensial. Kita tawarkan barang kita dengan daya tariknya. Kalau barang kita dimungkinkan dibawa, kita dapat berkeliling (mobile) mengunjungi lokasi-lokasi yang banyak dihuni target market kita. Sebagai contoh, kita menjual perlengkapan bayi, kita dapat tawarkan ke ibu-ibu hamil yang sedang memeriksakan ke dokter kandungan. Mereka akan melahirkan kemungkinan membutuhkan barang kita sangat besar.
Cara keempat, adalah mendatangi komunitas. Komunitas adalah ajang kumpul-kumpul orang yang memiliki hobi atau minat sama. Ini cukup efektif karena kita bisa memilih komunitas yang paling cocok dengan barang kita. Saya beri contoh salah satu penjual makanan burung. Untuk mendapat pelanggan, dia kunjungi komunitas pencinta burung berkicau yang sering adu lomba di lapangan terbuka. Dia mengunjungi pemilik-pemilik burung yang sedang berlomba dan efektif menawarkan makanan burungnya.
Cara kelima adalah dengan bekerja sama atau networking. Ini cara yang sangat efektif dan efisien. Artinya kita bekerajasama dengan pihak lain yang memiliki kesamaan target market. Sebagai contoh rumah makan-rumah makan di pantura Jawa bekerja sama dengan agen travel atau sopir bis. Saat istirahat perjalanan, sopir menurunkan penumpang untuk makan malam di rumah makan yang bekerja sama. Otomatis para penumpang turun dan makan di rumah makan tadi. Ini terjadi karena rumah makan telah bekerja sama dengan para sopir tadi.
Cara keenam adalah dengan meminta referensi atau rujukan dari pelanggan lama kita. Kalau kita sudah punya pelanggan jangan lupa meminta mereka memberikan 4-5 sahabatnya untuk membeli ke kita. Ini cara yang efektif sehingga pelanggan mereferensikan barang kita ke saudara, teman atau relasinya untuk beli juga ke kita.
Cara ketujuh adalah gabungan atau integrasi dari cara-cara di atas. Semua ini dapat diterapkan dan dipilih yang paling cocok. Yang terpenting bapak harus mendefiniskan dulu siapa pelanggan yang membutuhkan barang bapak. Lalu gunakan pendekatan-pendekatan di atas. Kalau ingin lebih mendalami, bapak bisa baca buku saya berjudul “Marketing For Everyone” yang memberi pedoman memasarkan usaha (judulnya bahasa Inggris, namun isinya bahasa Indonesia). Akhirnya, saya ucapkan selamat merintis usaha, tetap tekun dan sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar